Disusun oleh
Kelompok : 9
Anggota : Dessy Damayanti
Mia Agustina
Miya Nurmelati
Tuti Nurcahyani
Venny Purwati
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Gas mulia adalah unsur-unsur yang
terdapat dalam golongan VIIIA yang memiliki kestabilan yang sangat tinggi dan
sebagian ditemukan di alam dalam bentuk monoatomik karena sifat stabilnya.
Unsur-unsur yang terdapat dalam gas mulia yaitu Helium (He), Neon (Ne),
Argon(Ar), Kripton(Kr), Xenon (Xe), Radon (Rn). Gas-gas ini pun sangat sedikit
kandungannya di bumi.
Gas Mulia terdapat dalam atmosfer bumi, untuk Helium
terdapat di luar atmosfer. Helium dapat terbentuk dari peluruhan zat radioaktif
uranium dan thorium. Semua unsur - unsur gas mulia terdiri dari atom -atom yang
berdiri sendiri. Unsur gas mulia yang terbanyak di alam semesta adalah Helium
(banyak terdapat di bintang) yang merupakan bahan
bakar dari matahari. Radon amat sedikit jumlahnya di atmosfer atau udara. Dan
sekalipun ditemukan akan cepat berubah menjadi unsur lain, karena radon
bersifat radio aktif. Dan karena jumlahnya yang sangat sedikit pula radon
disebut juga sebagi gas jarang.
2.
Rumusan
Masalah
Masalah
yang kami bahas dalam makalah gas mulia ini adalah :
1)
Definisi gas mulia.
2)
Sejarah gas mulia
3)
Sifat-sifat gas mulia
4)
Pembuatan gas mulia.
5)
Senyawa pada gas mulia
6)
Kegunanan Gas mulia
3.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan disusunnya makalah ini adalah:
1)
Menjelaskan definisi
gas mulia
2)
Menjelaskan sejaran
penemuan unsure gas mulia
3)
Menjelaskan sifat fisi
dan sifat kimia gas mulia
4)
Menjelaskan pembuatan
dan senyawa pada gas mulia
5)
Menjelaskan kegunaan
gas mulia
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Definisi
Gas Mulia

Gas Mulia yang sejati adalah
unsur monoatomik. Disebut mulia karena unsur-unsur ini sangat stabil, berfasa gas pada suhu
ruang dan bersifat inert (sukar bereaksi dengan unsur lain). Tidak ditemukan satupun senyawa alami dari gas mulia. Menurut Lewis, kestabilan gas mulia tersebut disebabkan
konfigurasi elektronnya yang terisi penuh, yaitu konfigurasi oktet
(duplet
untuk Helium). Kestabilan gas mulia dicerminkan oleh energi ionisasinya yang
sangat besar, dan afinitas
elektronnya yang sangat rendah.
Berikut
ini adalah asal-usul mana unsur-unsur Gas Mulia yang diambil dari bahasa
Yunani, yaitu:
1. Helium à ήλιος (ílios or helios)
= Matahari
2. Neon à νέος (néos) = Baru
3. Argon à αργός (argós) = Malas
4. Kripton à κρυπτός (kryptós) =
Tersembunyi
5. Xenon à ξένος (xénos) = Asing
6. Radon (pengecualian) diambil dari
Radium
2.
Sejarah
Gas Mulia
Sejarah gas mulia awal dari penemuan
Cavendish pada tahun 1785. Cavendish menemukan sebagian kecil bagian udara
(kurang dari 1/200 bagian) sama sekali tidak bereaksi walaupun sudah melibatkan
gas-gas atmosfer.
Pada
tahun 1894, seorang ahli kimia Inggris bernama Lord
Raleigh dan Sir William Ramsay mengidentifikasi zat baru yang terdapat dalam udara. Sampel
udara yang sudah diketahui mengandung nitrogen, oksigen, dan karbon dioksida
dipisahkan. Ternyata dari hasil pemisahan tersebut, masih tersisa suatu gas
yang tidak reaktif (inert). Gas tersebut tidak dapat bereaksi dengan
zat-zat lain sehingga dinamakan argon
(dari bahasa Yunani argos yang berarti malas). Empat tahun kemudian
Ramsay menemukan unsur baru lagi, yaitu dari hasil pemanasan mineral kleverit.
Dari mineral tersebut terpancar sinar alfa yang merupakan spektrum gas baru.
Spektrum gas tersebut serupa dengan garis-garis tertentu dalam spektrum
matahari. Untuk itu, diberi nama helium
(dari bahasa Yunani helios berarti matahari). Nama
Helium sendiri merupakan saran dari Lockyer dan Frankland. Pada saat ditemukan, kedua unsur ini
tidak dapat dikelompokkan ke dalam golongan unsur-unsur yang sudah oleh
Mendeleyev karena memiliki sifat berbeda. Kemudian Ramsey mengusulkan agar
unsur tersebut ditempatkan pada suatu golongan tersendiri, yaitu terletak
antara golongan halogen dan golongan alkali. Untuk melengkapi unsur-unsur dalam
golongan tersebut, pada tahun 1898 Ramsey dan Travers terus melakukan
penelitian dan akhirnya menemukan lagi unsur-unsur lainnya, yaitu neon (ditemukan
dengan cara mencairkan udara dan melakukan pemisahan dari gas lain dengan
penyulingan bertingkat), kripton, dan xenon
(ditemukan dalam residu yang tersisa setelah udara
cair hampir menguap semua / hasil destilasi udara cair). Pada
tahun 1900 Radon ditemukan oleh Friedrich Ernst Dorn, yang menyebutnya
sebagai pancaran radium. William Ramsay dan Robert Whytlaw-Gray menyebutnya
sebagai niton serta menentukan kerapatannya sehingga mereka menemukan Radon
adalah zat yang paling berat di masanya (sampai sekarang). Nama Radon sendiri
baru dikenal pada tahun 1923. Radon amat sedikit jumlahnya di
atmosfer atau udara. Dan sekalipun ditemukan akan cepat berubah menjadi unsur
lain, karena radon bersifat radioaktif. unsur
gas mulia terbanyak di alam
semesta adalah helium (pada
bintang-bintang) karena Helium merupakan bahan bakar dari matahari.
Pada
masa itu, golongan tersebut merupakan kelompok unsur-unsur yang tidak bereaksi
dengan unsur-unsur lain (inert) dan diberi nama golongan unsur gas mulia.
Di
tahun 1898, Huge Erdmann mengambil nama Gas Mulia (Noble Gas) dari
bahasa Jerman Edelgas untuk menyatakan tingkat kereaktifan Gas Mulia
yang sangat rendah. Nama Noble dianalogikan dari Noble Metal
(Logam Mulia), emas, yang dihubungkan dengan kekayaan dan kemuliaan.
Para ahli zaman dahulu yakin bahwa
unsur-unsur gas mulia benar-benar inert. Pendapat ini dipatahkan, setelah pada tahun 1962, Neil Bartlett, seorang ahli kimia dari Kanada berhasil
membuat senyawa xenon, yaitu XePtF6. Sejak itu, berbagai senyawa gas
mulia berhasil dibuat. Dan akhirnya istilah untuk menyebut zat-zat telah
berganti. Yang awalnya disebut gas inert (lembam) telah berganti menjadi gas
mulia yang berarti stabil atau sukar bereaksi. Senyawa gas
mulia yang ditemukan pertama kali adalah XePtF6.
3.
Kelimpahan
di Alam
Semua unsur gas mulia terdapat di udara,
kecuali radon yang merupakan unsur radioaktif. Unsur gas mulia yang paling
banyak terdapat di udara adalah argon yang merupakan komponen ketiga terbanyak dalam
udara setelah nitrogen dan oksigen. Unsur-unsur Gas
Mulia, kecuali Radon, melimpah jumlahnya karena terdapat dalam udara bebas.
Argon terdapat di udara bebas dengan kadar 0,93%, Neon 1,8×10-3%,
Helium 5,2×10-4%, Kripton 1,1×10-4%, dan Xenon 8,7×10-6%.
Helium adalah unsur terbanyak jumlahnya di alam semesta karena Helium adalah
salah satu unsur penyusun bintang. Helium diperoleh dari
sumur-sumur gas alam di Texas dan Kansas (Amerika Serikat). Helium dapat
terbentuk dari peluruhan zat radioaktif uranium dan thorium. Udara mengandung
gas Mulia (Ar, Ne, Xe, dan Kr) walaupun dalam jumlah yang kecil, gas mulia di
Industri di peroleh sebagai hasil samping dalam Industri pembuatan gas nitrogen
dan O2.
4.
Sifat-sifat
gas mulia
Sifat-Sifat
Umum :



Gas mulia merupakan unsur gas pada
suhu kamar dan mendidih hanya beberapa derajat di atas titik cairnya.
Jari-jari, titik leleh serta titik didih gasnya bertambah seiring bertambahnya
nomor atom. Sedangkan energi pengionnya berkurang.
Berikut merupakan beberapa sifat
dari gas mulia.
Tabel
1. Sifat-sifat Gas Mulia
Gas Mulia
|
Nomor Atom
|
Titik Leleh (˚C)
|
Titik Didih (˚C)
|
Energi Ionisasi (kJ/mol)
|
Jari-jari Atom (Angstrom)
|
He
|
2
|
-272,2
|
-268,9
|
2738
|
0,50
|
Ne
|
10
|
-248,7
|
-245,9
|
2088
|
0,65
|
Ar
|
18
|
-189,2
|
-185,7
|
1520
|
0,95
|
Kr
|
36
|
-156,6
|
-152,3
|
1356
|
1,10
|
Xe
|
54
|
-111,9
|
-107,1
|
1170
|
1,30
|
Rn
|
86
|
-71
|
-62
|
1040
|
1,45
|
Dari
tabel diatas dapat dilihat jari – jari atom yang kecil (dalam satu golongan, semakin keatas
semakin kecil) mempunyai energi ionisasi besar artinya
elektronnya sangat sukar dilepaskan, elektron terluar relatif lebih tertarik ke inti atom. Oleh
sebab itu, atom-atom gas mulia sangat sukar untuk bereaksi. Dari
atas ke bawah jari – jari atom makin besar, energi ionisasinya makin kecil atau
makin mudah melepaskan elektron, sehingga gas mulia dari atas ke bawah makin
reaktif.
Kestabilan unsur-unsur golongan gas
mulia dan semakin besarnya harga energi ionisasi
suatu atom
menyebabkan unsur-unsur gas mulia sukar membentuk ion (terionisasi),
artinya sukar untuk melepas elektron agar
berubah jadi ion positif. Selain itu makin besar ukuran sebuah atom, makin
mudah melepas elektron kulit terluarnya, karena jaraknya makin jauh dari
intinya yang bermuatan positif.
Kereaktifan gas mulia akan
berbanding lurus dengan jari-jari atomnya, jadi kereaktifan gas mulia akan
bertambah dari He ke Rn hal ini disebabkan pertambahan jari-jari atom yang mengakibatkan gaya tarik inti atom
terhadap elektron kulit terluar berkurang, sehingga lebih
mudah melepaskan diri dan ditarik oleh atom
lain. Tetapi
gas mulia adalah unsur yang tidak reaktif karena memiliki konfigurasi elektron
yang sudah stabil, hal ini didukung kenyataan bahwa gas mulia di alam selalu
berada sebagai atom tunggal atau monoatomik. Tetapi bukan berarti gas mulia
tidak dapat bereaksi, hingga sekarang gas mulia periode 3 ke atas (Ar, Kr, Xe,
Rn) sudah dapat berreaksi dengan unsur yang sangat elektronegatif seperti
Flourin dan Oksigen. Sampai
saat ini, senyawa gas mulia yang
sudah dapat bereaksi dengan zat lain adalah xenon dan kripton,
sedangkan helium, neon, dan argon masih sangat stabil.
Titik didih dan titik leleh
unsur-unsur gas mulia lebih kecil dari pada suhu kamar (250C atau
298 K) sehinga seluruh unsur gas mulia berwujud gas. Karena kestabilan
unsur-unsur gas mulia, maka di alam berada dalam bentuk monoatomik. Titik
leleh dan titik didih unsur – unsur gas mulia perbedaannya sangat sedikit
misalnya Neon meleleh pada suhu -2490C dan mendidih pada suhu -2460C karena
gaya tarik atom – atom gas mulia sangat kecil.
Adapula hal penting yang menyebabkan gas mulia amat stabil yaitu
konfigurasi elektronnya. Elektron valensi gas mulia sudah memenuhi kaidah Duplet
untuk He dan kaidah Oktet untuk Ne, Ar, Kr, Xe dan Rn. Konfigurasi
elektron gas mulia (kecuali He) berakhir pada ns2 np6.
Konfigurasi tersebut merupakan konfigurasi elektron yang stabil, sebab semua
elektron pada kulitnya sudah berpasangan. Oleh sebab itu, tidak memungkinkan
terbentuknya ikatan kovalen dengan atom lain. Energi ionisasi yang tinggi
menyebabkan gas mulia sukar menjadi ion positif dan berarti sukar membentuk
senyawa secara ionik.
Berikut
adalah konfigurasi elektron gas mulia
Tabel 2. Konfigurasi elektron gas mulia
Unsur
|
Nomor Atom
|
Konfigurasi Elektron
|
He
|
2
|
1s2
|
Ne
|
10
|
[He] 2s2 2p6
|
Ar
|
18
|
[Ne] 3s2 3p6
|
Kr
|
36
|
[Ar] 4s2 3d10
4p6
|
Xe
|
54
|
[Kr] 5s2 4d10
5p6
|
Rn
|
86
|
[Xe] 6s2 5d10
6p6
|
Karena
konfigurasi elektronnya yang stabil gas mulia juga biasa digunakan untuk
penyingkatan konfigurasi elektron bagi unsur lain.
contoh
:
Br
= 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2
3d10 4p5
menjadi
Br
= [Ar] 4s2 3d10 4p5
Dua
elektron dari He membuat subkulit s menjadi penuh dan unsur-unsur gas mulia
yang lain pada kulit terluarnya terdapat 8 elektron karena kulit terluarnya
telah penuh maka gas mulia bersifat stabil dan tidak reaktif. Jadi afinitas
elektronnya mendekati nol.
5.
Pembuatan Gas Mulia
a.
Gas
Helium
Helium (He) ditemukan
terdapat dalam gas alam di Amerika Serikat. Gas helium mempunyai titik didih yang
sangat rendah, yaitu -268,8˚C sehingga pemisahan gas helium dari gas alam
dilakukan dengan cara pendinginan sampai gas alam akan mencair (sekitar -156˚C)
dan gas helium terpisah dari gas alam.
b. Gas Argon, Neon, Kripton, dan Xenon
Udara mengandung gas
mulia argon (Ar), neon (Ne), krypton (Kr), dan xenon (Xe) walaupun dalam jumlah
yang kecil. Gas mulia di industri diperoleh sebagai hasil samping dalam
industri pembuatan gas nitrogen dan gas oksigen dengan proses destilasi udara
cair.
![]() |
Pada proses destilasi
udara cair, udara kering (bebas uap air) didinginkan sehingga terbentuk udara
cair. Pada kolom pemisahan gas argon bercampur dengan banyak gas oksigen dan
sedikit gas nitrogen karena titik didih gas argon (-189,4˚C) tidak jauh beda
dengan titik didih gas oksigen (-182,8˚C). Untuk menghilangkan gas oksigen
dilakukan proses pembakaran secara katalitik dengan gas hidrogen, kemudian
dikeringkan untuk menghilangkan air yang terbentuk. Adapun untuk menghilangkan
gas nitrogen, dilakukan cara destilasi sehingga dihasilkan gas argon dengan
kemurnian 99,999%. Gas neon yang mempunyai titik didih rendah (-245,9˚C) akan
terkumpul dalam kubah kondensor sebagai gas yang tidak terkonsentrasi (tidak
mencair).
Gas kripton (Tb = -153,2˚C)
dan xenon (Tb = -108˚C) mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari gas
oksigen sehingga akan terkumpul di dalam kolom oksigen cair di dasar kolom
destilasi utama. Dengan pengaturan suhu sesuai titik didih, maka masing-masing
gas akan terpisah.
Semua unsur gas mulia terdapat di udara, kecuali Radon(Rn) yang
hanya terdapat sebagai isotop radioaktif berumur pendek, yang diperoleh dari peluruhan
radio aktif atom radium.
Unsur radon (Rn) yang
merupakan unsur radioaktif Radium (Ra) dengan memancarkan sinar alfa (helium)
sesuai dengan persamaan reaksi:
88Ra226 → 86Rn222
+ 2He4
6.
Pembentukan Senyawa pada Gas Mulia

Gas
Mulia adalah gas yang sudah memiliki 8 elektron valensi dan memiliki kestabilan
yang tinggi. Tetapi gas mulia pun masih dapat bereaksi dengan atom lain. Karena
sebenarnya tidak semua sub kuit pada gas mulia terisi penuh.
Contoh:
Ar : [Ne] 3s2 3p6
Ar : [Ne] 3s2 3p6
Sebenarnya atom Ar masih memiliki 1
Sub kulit yang masih kosong yaitu sub kulit d jadi
Ar : [Ne] 3s2 3p6
3d0
jadi masih bisa diisi oleh atom-atom
lain.
Sampai dengan tahun 1962, para ahli
masih yakin bahwa unsur-unsur gas mulia tidak bereaksi. Kemudian seorang ahli
kimia kanada bernama Neil Bartlet berhasil membuat persenyawaan yang stabil
antara unsur gas mulia dan unsur lain, yaitu XePtF6.
Keberhasilan ini didasarkan pada reaksi:
PtF6 + O2 → (O2)+
(PtF6)-
PtF6 ini bersifat oksidator kuat.
Molekul oksigen memiliki harga energi ionisasi 1165 kJ/mol, harga energi
ionisasi ini mendekati harga energi ionisasi unsur gas mulia Xe = 1170 kJ/mol.
Atas dasar data tersebut, maka untuk
pertama kalinya Bartlet mencoba mereaksikan Xe dengan PtF6 dan ternyata
menghasilkan senyawa yang stabil sesuai dengan persamaan reaksi:
Xe + PtF6 → Xe+(PtF6)-
Setelah berhasil membentuk senyawa XePtF6,
maka gugurlah anggapan bahwa gas mulia tidak dapat bereaksi. Kemudian para ahli
lainnya mencoba melakukan penelitian dengan mereaksikan xenon dengan zat-zat
oksidator kuat, diantaranya langsung dengan gas flourin dan menghasilkan
senyawa XeF2, XeF4, dan XeF6.
Reaksi gas mulia lainnya, yaitu krypton
menghasilkan senyawa KrF2. Radon dapat bereaksi langsung dengan F2
dan menghasilkan RnF2. Hanya saja senyawa KrF2 dan RnF2
bersifat (tidak stabil).
Tabel 3. Beberapa senyawaan Xenon
Tingkat Oksidasi
|
Senyawaan
|
Bentuk
|
Titik Didih (˚C)
|
Struktur
|
Tanda-tanda
|
II
IV
|
XeF2
XeF4
|
Kristal tak berwarna
Kristal tak berwarna
|
129
117
|
Linear
Segi-4
|
Terhidrolisis menjadi
Xe + O2; sangat larut dalam HF
Stabil
|
VI
|
XeF6
Cs2XeF8
XeOF4
XeO3
|
Kristal tak berwarna
Padatan kuning
Cairan tak berwarna
Kristal tak berwarna
|
49,6
-46
|
Oktahedral
terdistorsi
Archim. Antiprisma
Piramid
segi-4
Piramidal
|
Stabil
Stabil pada 400˚
Stabil
Mudah meledak,
higroskopik; stabil dalam larutan
|
VIII
|
XeO4
XeO6 4-
|
Gas tak berwarna
Garam tak berwarna
|
|
Tetrahedral
Oktahedral
|
Mudah meledak
Anion- anion HXeO63-,
H2XeO62-, H3XeO6- ada
juga
|
Senyawa gas
mulia He dan Ne sampai saat ini belum dapat dibuat mungkin karena tingkat
kestabilannya yang sangat besar. Gas-gas
ini pun sangat sedikit kandungannya di bumi. dalam udara kering maka akan
ditemukan kandungan gas mulia sebagai berikut : Helium = 0,00052 %; Neon =
0,00182 %; Argon = 0,934 %; Kripton = 0,00011 %; Xenon = 0,000008; Radon =
Radioaktif*
Tabel 4. contoh Reaksi dan cara pereaksian pada gas mulia
Gas Mulia
|
Reaksi
|
Nama senyawa yang terbentuk
|
Cara peraksian
|
Ar(Argon)
|
Ar(s)
+ HF → HArF
|
Argonhidroflourida
|
Senyawa ini dihasilkan oleh fotolisis dan matriks Ar padat
dan stabil pada suhu rendah
|
Kr(Kripton)
|
Kr(s)
+ F2 (s) → KrF2 (s)
|
Kripton flourida
|
Reaksi ini dihasilkan dengan cara mendinginkan Kr dan F2pada
suhu -196 0C lalu diberi loncatan muatan listrik atau sinar X
|
Xe(Xenon)
|
Xe(g) + F2(g) → XeF2(s) Xe(g) + 2F2(g) → XeF4(s) Xe(g) + 3F2(g)→ XeF6(s) XeF6(s) + 3H2O(l) → XeO3(s) +6HF(aq)
6XeF4(s)
+ 12H2O(l) → 2XeO3(s) + 4Xe(g) +
3O(2)(g) + 24HF(aq)
|
Xenon flourida
Xenon oksida
|
XeF2 dan XeF4 dapat
diperoleh dari pemanasan Xe dan F2pada tekanan6 atm, jika umlah peraksi F2 lebih besar maka akan diperoleh XeF6
XeO4 dibuat dari reaksi disproporsionasi(reaksi
dimana unsur pereaksi yang sama sebagian teroksidasi dan sebagian lagi
tereduksi) yang kompleks dari larutan XeO3 yang bersifat alkain
|
Rn(Radon)
|
Rn(g)
+ F2(g) → RnF
|
Radon flourida
|
Bereaksi secara spontan.
|
Fluorida XeF2, XeF4, dan XeF6
diperoleh dengan mereaksikan xenon dengan flouor dalam kuantitas yang makin
bertambah. Dalam senyawa-senyawa ini, xenon mempunyai bilangan oksidasi genap
+2, +4, dan +6, yang khas bagi kebanyakan senyawaan xenon. Fluorida-fluorida
adalah lahan permulaan untuk mensintesis senyawaan xenon lainnya.
Satu-satunya produk yang diperoleh bila krypton
bereaksi dengan fluor adalah difluoridanya, KrF2. Tak dikenal
lain-lain keadaan oksidasi selain +2. Dari kira-kira selusin senyawaan krypton
yang dikenal, semuanya merupakan garam kompleks yang diturunkan dari KrF2.
Karena radon bersifat radioaktif dan mempunyai waktu paruh empat hari,
kekimiawiannya sukar dipelajari. Namun, eksistensi radon fluorida, baik yang
mudah menguap maupun yang tak mudah menguap, telah didemonstrasikan.
7.
Kegunaan Gas Mulia
1) Helium
Helium merupakan zat yang ringan dan tidak mudah terbakar, Helium biasa digunakan untuk mengisi balon udara, dan helium yang tidak reaktif digunakan untuk mengganti nitrogen untuk membuat udara buatan yang dipakai dalam penyelaman dasar laut. Para penyelam bekerja pada tekanan tinggi. Jika digunakan campuran nitrogen dan oksigen untuk membuat udara buatan, nitrogen yang terisap mudah terlarut dalam darah dan dapat menimbulkan halusinasi pada penyelam. Oleh para penyelam, keadaan ini disebut “pesona bawah laut”. Ketika penyelam kembali ke permukaan, (tekanan atmosfer) gas nitrogen keluar dari darah dengan cepat. Terbentuknya gelembung gas dalam darah dapat menimbulkan rasa sakit atau kematian. Helium yang berwujud cair juga dapat digunakan sebagai zat pendingin karena memiliki titik uap yang sangat rendah.
Helium merupakan zat yang ringan dan tidak mudah terbakar, Helium biasa digunakan untuk mengisi balon udara, dan helium yang tidak reaktif digunakan untuk mengganti nitrogen untuk membuat udara buatan yang dipakai dalam penyelaman dasar laut. Para penyelam bekerja pada tekanan tinggi. Jika digunakan campuran nitrogen dan oksigen untuk membuat udara buatan, nitrogen yang terisap mudah terlarut dalam darah dan dapat menimbulkan halusinasi pada penyelam. Oleh para penyelam, keadaan ini disebut “pesona bawah laut”. Ketika penyelam kembali ke permukaan, (tekanan atmosfer) gas nitrogen keluar dari darah dengan cepat. Terbentuknya gelembung gas dalam darah dapat menimbulkan rasa sakit atau kematian. Helium yang berwujud cair juga dapat digunakan sebagai zat pendingin karena memiliki titik uap yang sangat rendah.
2)
Neon
Neon biasanya digunakan untuk pengisi bola lampu neon. Selain itu juga neon dapat digunakan untuk berbagi macam hal seperti indicator tegangan tinggi, zat pendingin, penangkal petir, dan mengisi tabung televisi.
Neon biasanya digunakan untuk pengisi bola lampu neon. Selain itu juga neon dapat digunakan untuk berbagi macam hal seperti indicator tegangan tinggi, zat pendingin, penangkal petir, dan mengisi tabung televisi.
3) Argon
Argon digunakan dalam las titanium pada pembuatan pesawat terbang atau roket. Argon juga digunakan dalam las stainless steel dan sebagai pengisi bola lampu pijar karena argon tidak bereaksi dengan wolfram (tungsten) yang panas.
Argon digunakan dalam las titanium pada pembuatan pesawat terbang atau roket. Argon juga digunakan dalam las stainless steel dan sebagai pengisi bola lampu pijar karena argon tidak bereaksi dengan wolfram (tungsten) yang panas.
4) Kripton
Kripton bersama argon digunakan sebagai pengisi lampu fluoresen bertekanan rendah. Krypton juga digunakan dalam lampu kilat untuk fotografi kecepatan tinggi.
Kripton bersama argon digunakan sebagai pengisi lampu fluoresen bertekanan rendah. Krypton juga digunakan dalam lampu kilat untuk fotografi kecepatan tinggi.
5) Xenon
Xenon dapat digunakan dalam pembuatan lampu untuk bakterisida (pembunuh bakteri) dan pembuatan tabung elektron.
Xenon dapat digunakan dalam pembuatan lampu untuk bakterisida (pembunuh bakteri) dan pembuatan tabung elektron.
6) Radon
Radon dapat digunakan dalam terapi kanker karena bersifat radioaktif. Namun demikian, jika radon terhisap dalam jumlah banyak, malah akan menimbulkan kanker paru-paru. Radon juga dapat berperan sebagai sistem peringatan gempa, karena bila lempengan bumi bergerak kadar radon akan berubah sehingga bisa diketahui bila adanya gempa dari perubahan kadar radon.
Radon dapat digunakan dalam terapi kanker karena bersifat radioaktif. Namun demikian, jika radon terhisap dalam jumlah banyak, malah akan menimbulkan kanker paru-paru. Radon juga dapat berperan sebagai sistem peringatan gempa, karena bila lempengan bumi bergerak kadar radon akan berubah sehingga bisa diketahui bila adanya gempa dari perubahan kadar radon.
BAB III
PENUTUP
Gas
mulia adalah unsur-unsur yang terdapat dalam golongan VIIIA yang memiliki
kestabilan yang sangat tinggi dan sebagian ditemukan di alam dalam bentuk
monoatomik karena sifat stabilnya. Disebut mulia
karena unsur-unsur ini sangat stabil, berfasa gas pada suhu
ruang dan bersifat inert (sukar bereaksi dengan unsur lain). Tidak ditemukan satupun senyawa alami dari gas mulia.
Gas mulia adalah grup elemen kimia
dengan sifat-sifat yang sama: di kondisi standar, mereka semua tidak berbau,
tidak berwarna, dan monoatomik dengan reaktivitas yang sangat rendah. Mereka ditempatkan
di grup 18 (8A) dari tebel periodik (sebelumnya dikenal dengan grup 0), yaitu helium
(He), neon (Ne), argon (Ar), krypton (Kr), xenon (Xe), dan radon yang bersifat
radioaktif (Rn).
Sifat-sifat gas mulia bisa
dijelaskan dengan baik dengan teori modern tentang struktur atom: valensi
elektron kulit luar mereka dianggap "penuh", memberi mereka sedikit
sekali kesempatan untuk berpartisipasi dalam reaksi kimia, dan hanya beberapa
ratus senyawa yang telah disiapkan. Titik didih dan titik leleh gas mulia
mempunyai nilai yang dekat, berbeda kurang dari 10 °C (18 °F); yang mengakibatkan
mereka berbentuk cairan dalam jangkauan suhu yang pendek. Jari-jari atom
unsur-unsur Gas Mulia dari atas ke bawah semakin besar karena bertambahnya
kulit yang terisi elektron. Energi Ionisasi dari atas ke bawah semakin kecil
karena gaya tarik inti atom terhadap elektron terluar semakin lemah. Afinitas
Elektron unsur-unsur Gas Mulia sangat kecil sehingga hampir mendekati nol. Titik
didih unsur-unsur Gas Mulia berbanding lurus dengan kenaikan massa atom.
DAFTAR PUSTAKA
Farida, Ida. 2009. Modul Perkuliahan Kimia
Anorganik I. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati. Bandung
Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik
Dasar. Jakarta: UI-Press
Keenan, dkk. 1979. Kimia untuk Universitas.
Jakarta: Erlangga
Http _gas-mulia.blogspot.com_.html
http://kamuspengetahuan.blogspot.com/2009/03/kimia-unsur-gas-mulia-yang-stabil.html
http://handoyodwiprakoso.blogspot.com/2009/02/tugas-kimia-bu-ninin.html
0 komentar:
Posting Komentar