MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Organik
II
Disusun oleh:
Kelompok 5
Iim Imas
Miya Nurmelati
Nisa Nurhanifah
Oktafiyan Arman
Vina Puji Lestari
Yeni Mirayana
Wahdiani
Pendidikan Kimia B / V
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
GUNUNG DJATI BANDUNG
2011
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”Asam Amino dan Polipeptida”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahlimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW., keluarganya, para sahabatnya, dan kita sebagai
umatnya.
Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah mengenai ”Asam Amino dan Polipeptida”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Kimia
Organik II. Tersusunnya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Dengan
segala kerendahan hati, kami menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan
dan saran untuk kami kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya
kepada pembina mata kuliah Kimia
Organik II, Ibu Neneng Windayani, M. Pd., yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, baik dari segi
bahasanya maupun susunannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
kepada semua pihak demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya. Akhirnya kami harapkan semoga malakah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca umumnya dan
khususnya bagi kami.
Penulis
Bandung, Desember 2011
Daftar
Isi
I.
Kata pengantar...............................................................................................
ii
II.
Daftar Isi.......................................................................................................
iii
III.
Pendahuluan...................................................................................................
1
IV.
Pembahasan....................................................................................................
2
A.
Struktur Asam Amino............................................................................
2
B.
Sintesis Asam Amino.............................................................................
6
C.
Reaksi Asam Amino...............................................................................
7
D.
Peptida..................................................................................................
10
E.
Pembentukan Ikatan Peptida
................................................................ 11
F.
Ikatan dalam Peptida............................................................................
12
G.
Beberapa Peptida yang Menarik...........................................................
13
H.
Penetapan Struktur Peptida.......................................................................
I.
Sintesis Peptida.........................................................................................
J.
Biosintesis Peptida....................................................................................
V.
Penutup..............................................................................................................
VI.
Daftar Pustaka...................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
Diantara banyak
fungsi yang harus dipenuhi oleh asam amino dalam sel hidup,
terdapat fungsi sebagai unit monomer untuk membangun rantai polipeptida protein. Sebagian
besar protein mengandung 20 buah asam amino L-α-aminoyang
sama dalam proporsi yang beragam. Di samping itu, banyak protein khusus yang
juga mengandung asam L-α-amino yang diturunkan dari sebagian di antara ke-20
asam amino tersebut. Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus
amino. Asam amino yang terdapat sebagai
komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada atom karbon α dari posisi gugus
–COOH. Jenis-jenis asam amino, urutan cara asam amino tersebut
terangkai, serta hubungan spasial asam-asam amino tersebutasan menentukan
struktur 3 dimensi dan sifat-sifat biologis protein sederhana.
Peptida merupakan molekul yang
terbentuk dari dua atau lebih asam amino.
Jika jumlah asam amino masih di bawah 50 molekul disebut peptida, namun
jika lebih dari 50 molekul disebut dengan protein. Asam amino saling berikatan dengan ikatan peptida. Ikatan peptida terjadi
jika atom nitrogen pada salah satu asam amino berikatan dengan gugus karboksil dari asam amino lain. Peptida terdapat pada setiap
makhluk hidup. Peptida dapat berupa enzim, hormon, antibiotik , dan reseptor.
BAB
II
PEMBAHASAN
ASAM AMINO DAN POLIPEPTIDA
A.
STRUKTUR
ASAM AMINO
Asam-asam
amino yang terdapat dalam protein adalah asam α-aminokarboksilat. Variasi dalam
struktur monomer-monomer ini terjadi dalam rantai samping. Atom C pusat
tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan
penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung
dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini,
senyawa tersebut merupakan asam α-amino.
Struktur asam α-amino dengan gugus
amina di sebelah kiri dan gugus karboksil di sebelah kanan
Asam amino tersederhana
adalah asam aminoasetat (H2NCH2CO2H), yang
disebut glisina (glycine), yang tidak memiliki rantai samping dan karena itu
tidak mengandung satu karbon kiral. Semua asam amino lain memiliki rantai
samping dan karena itu karbon α-nya bersifat kiral. Asam amino yang berasal
dari protein termasuk dalam deret-L, artinya, gugus-gugus di sekeliling karbon
α mempunyai konfigurasi yang sama seperti dalam L-gliseraldehida.
Asam
amino tidak selalu bersifat seperti senyawa-senyawa organik. Asam amino larut
dalam air dan pelarut polar lain, tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar
seperti dietil eter atau benzena. Asam amino mempunyai momen dipol yang besar.
Juga, mereka kurang bersifat asam dibandingkan sebagian besar asam karboksilat
dan kurang basa dibandingkan sebagian besar amina.
RCO2H RNH2 pKa = ~ 10
pKa = ~ 5 pKb = ~ 4 pKb = ~ 12
Asam amino menunjukkan
sifat-sifat yang tak biasa karena suatu asam amino mengandung suatu gugus amino
yang bersifat basa dan gugus karboksil yang bersifat asam dalam molekul yang
sama. Suatu asam amino mengalami reaksi asam-basa internal yang menghasilkan
suatu ion dipolar, yang juga disebut
zwitterion (dari kata Jerman zwitter, “hibrida”). Karena terjadinya
muatan ion, suatu asam amino mempunyai banyak sifat garam. Tambahan pula, pKa
suatu asam amino bukanlah pKa dari gugus –CO2H, melainkan
dari gugus –NH3+. pKb bukan dari gugus amino yang
bersifat basa, melainkan dari gugus –CO2- yang bersifat
basa sangat lemah.
Suatu ion dipolar
Tabel
1. Asam amino yang lazim terdapat dalam protein
Nama
|
Singkatan
|
Struktur
|
|||
Alanina
|
Ala rantai samping alifatik
|
CH3CHCO2H
NH2
|
|||
Arginina*
|
Arg rantai samping gugus basa
|
H2NCNHCH2CH2CH2CHCO2H
NH NH2
|
|||
Asparagina*
|
Asn rantai samping gugus asam atau amida
|
O
H2NCCH2CHCO2H
NH2
|
|||
Asam aspartat
|
Asp rantai samping gugus asam atau amida
|
HO2CCH2CHCO2H
NH2
|
|||
Sistein (cysteine)
|
Cys rantai samping atom S
|
HSCH2CHCO2H
NH2
|
|||
Asam glutamate
|
Glu rantai samping gugus asam atau amida
|
HO2CCH2CH2CHCO2H
NH2
|
|||
Glutamine
|
Gln rantai samping gugus asam atau amida
|
O
H2NCCH2CH2CHCO2H
NH2
|
|||
Glysina
|
Gly rantai samping alifatik
|
CH2CO2H
NH2
|
|||
Histidina*
|
His rantai samping gugus basa
|
N
CH2CHCO2H
NH NH2
|
|||
Isoleusina*
|
Ile rantai samping alifatik
|
CH3
CH3CH2CHCHCO2H
NH2
|
|||
Leusina*
|
Leu rantai samping alifatik
|
(CH3)2CHCH2CHCO2H
NH2
|
|||
Lisina*
|
Lys rantai samping gugus basa
|
H2NCH2CH2CH2CH2CHCO2H
NH2
|
|||
Metionina*
|
Met rantai samping atom S
|
CH3SCH2CH2CHCO2H
NH2
|
|||
Serina
|
Ser rantai samping OH
|
HOCH2CHCO2H
NH2
|
|||
Fenilalanin*
|
Phe mengandung cincin aromatic
|
CH2CHCO2H
NH2
|
|||
Prolina
|
Pro asam imino
|
CO2H
NH
|
|||
Treonina*
|
Thr rantai samping OH
|
OH
CH3CHCHCO2H
NH2
|
|||
Triptofan*
|
try mengandung cincin aromatic
|
CH2CHCO2H
NH2
N
H
|
|||
Tyrosine (tirosina)
|
tyr rantai samping OH
mengandung cincin aromatic
|
HO CH2CHCO2H
NH2
|
|||
Valina*
|
val rantai samping alifatik
|
(CH3)2CHCHCO2H
NH2
|
Non polar
*asam
amino esensial pada manusia
Tabel ini memaparkan daftar lengkap
keduapuluh asam amino yang lazim terdapat dalam protein. [meskipun asam-asam
amino berada dalam bentuk ion-ion dipolar (–NH3+, -CH2CO2-),
struktur-struktur mereka biasanya diwakili oleh bentuk non-ioniknya (H2NCH2CO2H),
seperti ditunjukkan dalam tabel itu]. Singkatan nama asam amino itu juga
dimasukkan dalam tabel ini.
1. Asam
amino esensial
Beberapa
asam amino dapat disintesis oleh suatu organisme dari “persediaan” senyawa
organiknya. Tidak semua asam amino dapat diperoleh dengan antarpengubahan
(interkonversi) dari asam amino lain atau dengan sintesis dari senyawa lain
dalam sistem binatang. Asam amino yang diperlukan untuk sintesis protein dan
ini tidak disintesis sendiri oleh organisme itu tetapi harus terdapat dalam
makanannya. Senyawa semacam ini dirujuk sebagai asam amino esensial.
Asam
amino yang biasanya dianggap esensial untuk manusia diberi tanda bintang dalam
tabel 19.1. dari asam-asam amino ini, triptofan (tryptophan), fenilalanina, metionina, dan histidina dapat diubah
secara enzimatik dari (R) ke (S). Jadi, suatu campuran rasemik asam-asam amino
ini dapat dimanfaatkan keseluruhannya.
Suatu
contoh perbedaan individu dalam kebutuhan akan asam amino, dapat dilihat pada
tirosina. Asam amino ini tidak dianggap sebagai asam amino esensial karena
dalam kebanyakan orang, tirosina dapat disintesis dari fenilalanina. Sebagian
kecil individu yang mewarisi suatu kondisi yang dikenal dengan fenilketonuria (PKU), yang artinya “fenil keton dalam urine”, tidak mempunyai enzim
fenilalanina hidroksilasi yang
diperlukan untuk pengubahan ini. Pada orang-orang tersebut, fenilalaninanya
diubah menjadi asam fenilpiruvat. Makanan seorang penderita PKU harus
mengandung tirosina dan banyaknya fenilalanina haruslah terbatas. Jika tidak,
akan menumpuk asam fenilpiruvat secara berlebihan dalam otak, yang menimbulkan
keterbelakangan mental.
Fenilalanina hidroksilase
dalam penderita PKU
2. Pentingnya
struktur rantai samping
Bagaimana polimer yang
tersusun dari duapuluh asam amino yang mirip satu sama lain itu dapat mempunyai
anekaragam sifat? Sebagian jawabannya terletak pada sifat dasar rantai samping
dalam asam-asam amino itu. Perhatikan tabel 19.1 bahwa beberapa asam amino
mempunyai rantai samping yang mengandung gugus karboksil; senyawa ini
dikelompokkan sebagai asam amino asam. Asam
amino yang mengandung rantai samping
dengan gugus amino dikelompokkan sebagai asam amino basa. Rantai samping asam dan basa ini membantu menetapkan struktur
dan kereaktivan protein dalam mana mereka terdapat. Sisa asam amino
dikelompokkan sebagai asam amino netral.
Rantai samping asam amino netral juga penting. Misalnya, beberapa rantai
samping mengandung –OH, -SH, atau gugus polar lain yang dapat berikatan
hidrogen, yang akan berperan penting dalam struktur protein keseluruhan.
suatu
asam amino asam suatu
asam amino basa
suatu
asam amino suatu asam amino
netral
dengan netral dengan
rantai
samping nonpolar rantai samping polar
B.
SINTESIS
ASAM AMINO
Asam
amino biasa merupakan senyawa yang agak sederhana. Sintesis campuran rasemik
dari kebanyakan asam amino ini dapat dicapai dengan teknik-teknik standar.
Campuran rasemik kemudian dapat dipisahkan untuk menghasilkan asam amino
enantiomer murni. Sintesis Stecker dari asam amino, yang dikembangkan dalam
tahun 1850, merupakan rentetan dua tahap. Tahap pertama ialah reaksi antara
suatu aldehida dan suatu campuran amonia dan HCN untuk menghasilkan suatu
aminonitril. Hidrolisis aminonitril itu menghasilkan asam amino
Tahap 1:
NH3 - H2O HCN
Tahap 2 :
(1) H2O, H+
(2) netralkan
Jalur sintetik lain
menuju asam amino ialah dengan aminasi suatu
asam α-halo dengan amonia berlebih untuk menetralkan asam dan meminimalkan
alkilasi-berlebih. (lihat sub-bab 15.5A)
(1) NH3 berlebih
(2) netralkan
Sintesis
ftalimida Gabriel (sub-bab 15.5A) merupakan jalur yang
lebih bagus sekali menuju asam amino. Keuntungan sintesis ini terhadap aminasi
langsung ialah bahwa tidak terjadi alkilasi berlebih. Sintesis ftalimida
Gabriel adalah suatu
sintesis yang menghasilkan
amina primer tanpa amina sekunder dan tersier.
C.
REAKSI
ASAM AMINO
1. Keamfoteran
asam amino
Suatu
asam amono mengandung suatu ion karboksilat (- CO2- ) maupun suatu amonium
(-NH3+) dalam sebuah molekul. Oleh karena itu asam amino bersifat amfoter. Asam
amino dapat bereaksi dengan asam ataupun basa, masing masing dengan
menghasilkan suatu kation atau suatu anion.
Karena asam amino memiliki gugus aktif
amina dan karboksil sekaligus, zat ini dapat dianggap sebagai sekaligus asam
dan basa (walaupun pH alaminya biasanya dipengaruhi oleh gugus-R yang
dimiliki). Pada pH tertentu yang disebut titik isolistrik,
gugus amina pada asam amino menjadi bermuatan positif (terprotonasi, –NH3+),
sedangkan gugus karboksilnya menjadi bermuatan negatif (terdeprotonasi, –COO-).
Titik isolistrik ini spesifik bergantung pada jenis asam amino nya. Dalam
keadaan demikian, asam amino tersebut dikatakan berbentuk zwitter-ion.
Zwitter-ion dapat diekstrak dari larutan asam amino sebagai struktur kristal
putih yang bertitik lebur tinggi karena sifat dipolarnya. Kebanyakan asam amino
bebas berada dalam bentuk zwitter-ion pada pH netral maupun pH fisiologis yang
dekat netral.
Jika sedikit HCl atau asam lain
ditambahkan ke dalam larutan alanina , kesetimbangan asam – basa bergeser
sedemikian rupa sehingga muatan netto pada ion alanina menjadi nol.
Pada PH dimana suatu
asam tidak mengemban muatan ion netto
didefinisikan sebagai titik isolistrik dari asam amino tersebut. Titik
isolistrik alanina adalah 6,0.
Titik isolistrik dapat ditentukan dengan elektroforesis,
suatu proses untuk mengukur migrasi ion dalam suatu medan listrik. Dalam suatu
sistem elektroforesis yang memiliki elektroda positif dan negatif, asam amino
akan bergerak menuju elektroda yang berlawanan dengan muatan asam amino yang
terdapat dalam larutan. Apabila ion asam amino tidak bergerak ke arah negatif
maupun positif dalam suatu sistem
elektroforesis maka pH pada saat itu disebut pH isolistrik. Pada pH tersebut
terdapat keseimbangan antara bentuk-bentuk asam amino sebagai ion amfoter,
anion dan kation (Anna Poedjiadi, 1994).
Titik iso listrik dapat juga
ditetapkan dengan titrasi. Contohnya pada kurva titrasi untuk glisina
hidroklorida.
Nilai Titik Isolistrik =(pK1 + pK2)/2 = 6.06.
Kurva ini untuk menunjukan titrasi
kation bentuk dari glisilina , H3N+ -CH2CO2H,
dengan basa. Pada saat basa ditambahkan , ion yang terprotonkan sempurna diubah
menjadi ion dipolar yang netral, H3N+ -CH2CO2-
. Bila separuh bentuk kation telah dinetralkan pH akan sama dengan pK1 untuk
reaksi itu.
Ketika lebih banyak basa ditambahkan ,
semua bentuk kation diubah menjadi ion dipolar yang netral. pH saat terjadinya
hal ini adalah titik isolistrik. Dengan penambahan basa lebih banyak lagi , ion
dipolar diubah menjadi anion. Pada titik tengah, pH akan sama dengan pK2.
2. Asilasi
Gugus amino dari asam
amino dapat dengan mudah di asilasi dengan suatu halida asam untuk menghasilkan
amida. Karena nitrogen amida tidak bersifat basa, suatu asam amino terasilasi
tidak membentuk ion dipolar, karna alasan ini asam amino terasilasi menunjukan
sifat-sifat fisis yang khas dari senyawa organik. Bukannya sifat fisis dari
garam-garam.
3. Reaksi
dengan ninhidrin
Asam-asam
amino bereaksi dengan ninhidrin untuk membentuk suatu produk yang disebut ungu
Ruheman. Reaksi itu biasa digunakan sebagai uji bercak untuk mendeteksi
hadirnya asam-asam amino pada kertas kromatografi. Karena reaksi itu kuantitatif,
reaksi itu digunakan sebagai penganalisis asam amino yang diotomasi,
instrumen-instrumen yang menetapkan persentase asam-asam amino yang ada dalam
suatu contoh.
D.
PEPTIDA
Peptida ialah suatu amida yang dibentuk dari dua asam amino atau
lebih.
Ikatan amida antara suatu gugus amino dari suatu asam amino dan gugus karboksil
dari asam amino lain disebut ikatan peptida. Contoh peptida berikut yang
dibentuk dari alanina dan glisina disebut alaniglisina, menggambarkan
pembentukan suatu ikatan peptida.
Tiap asam amino dalam
suatu molekul peptida disebut suatu satuan (unit) atau suatu residu. Contohnya
alanilglisina yang mempunyai dua residu, residu alanina dan residu glisina.
Bergantung pada banyaknya satuan asam amino dalam molekul itu, maka suatu
peptida dirujuk sebagai dipeptida (dua satuan), suatu tripetida (tiga satuan),
dan seterusnya. Suatu polipeptida adalah suatu peptida dengan banyak sekali
residu asam amino. Peptida dan protein merupakan poliamida yang tersusun dari
asam-asam amino. Suatu poliamida dengan residu asam amino kurang dari 50
dikelompokan sebagai suatu peptida, sedangkan poliamida yang lebih besar
dianggap sebagai protein.
Glisina dan alanina
dapat digabungkan dalam dua cara, yaitu residu alanina memiliki gugus amino bebas
dan satuan glisina mempunyai suatu gugus karboksil bebas membnetuk dipeptida
alanilglisina, dan alanina dan glasina
dapat digabungkan dengan cara lain, dimana glisina mempunyai gugus amino bebas
alanina mempunyai gugus karboksil bebas untuk membentuk glisilalanina.
Dua dipeptida yang berlainan dari alanina dan glisina :
E.
PEMBENTUKAN
IKATAN PEPTIDA
Ikatan peptida atau
ikatan amida adalah ikatan kovalen yang terbentuk antara 2 molekul ketika gugus
karbonil, -CO- dari molekul yang satu bereaksi dengan gugus amino dari molekul
yang lain, dengan melepaskan satu molekul air. Reaksi ini tergolong sintesis
dehidrasi, yaitu penggabungan 2 molekul monomer dengan melepaskan satu molekul
air. Reaksi ini juga dikenal sebagai reaksi kondensasi dan umumnya terjadi pada
molekul asam amino.
Dua asam amino dirangkai menjadi satu melalui ikatan peptida dan dihasilkan sebuah molekul air. Reaksi ini disebut reaksi kondensasi. Ikatan merupakan ikatan kovalen yaitu ikatan yang bersifat stabil. Asam amino 1 dan 2 yang sudah terikat dalam ikatan peptida disebut residu asam amino. Residu asam amino artinya asam amino yang telah berkurang baik melalui kehilangan OH dari gugus karboksilnya ataupun kehilangan atom H dari gugus aminnya
Jadi berbagai jenis asam amino yang jumlahnya ada 20
buah dapat dirangkai menjadi
|
rangkaian asam amino dengan jumlah yang banyak yang
disebut polimer asam amino. Sebuah asam amino disebut monomer, sepuluh asam
amino disebut monogomer, dan asam amino yang jumlahnya banyak disebut polimer.
Dua buah asam amino yang dirangkai melalui ikatan
peptida disebut dipeptida, tiga buah asam amino yang dirangkai melalui ikatan
peptida disebut tripeptida, empat buah buah asam amino yang dirangkai melalui
ikatan peptida disebut pentapeptida dst, atau secara umum, peptida or oligopeptida (hingga sepanjang 30
asam amino). Polimer asam amino yang
lebih besar disebut polipeptida (hingga sepanjang 100 asam amino). Protein adalah polipeptida yang sangat besar.
Meskipun demikian istilah polipeptida dipakai bergantian dengan protein.
Polipeptida biasanya memiliki berat molekul dibawah 10.000 sedangkan protein
memiliki berat molekul yang lebih besar.
Makin banyak residu asam amino dalam suatu peptida, makin banyak kemungkinan strukturnya. Dalam suatu tripeptida, tiga asam amino dapat digabung menurut enam cara yang berbeda. Asam amino dengan gugus amino bebas biasanya ditaruh pada ujung kiri struktur itu. Asam amino ini disebut aasam amino N-ujung. Asam amino dengan gugus karboksil bebas ditaruh di ujung kanan disebut asam amino C-ujung. Nama peptida terdiri dari nama asam amino seperti pemunculannya dari kiri ke kanan, dimulai dari asam amino N-ujung.
Nama-nama
asam amino biasanya sering disingkat. Misalnya alaniltirosilglisina menjadi
ala-tyr-gly. Singkata asam amino dipaparkan dalam buku fessenden jilid 2 hal.
365.
F.
IKATAN
DALAM PEPTIDA
Suatu ikatan amida mempunyai karakter ikatan rangkap yang disebabkan oleh tumpang-tindih parsial orbital p dari gugus karbonil dengan pasangan elektron menyendiri dari nitrogen.
Bukti mengenai karakter ikatan-rangkap suatu peptida terdapat dalam panjang ikatan. Panjang ikatan dari ikatan peptida lebih pendek dari pada panjang ikatan dari ikatan tunggal C-N yang lazim : 1,32 Amstrong dalam ikatan peptida dibandingkan dengan 1,47 Amstrong untuk ikatan tunggal C-N yang khas dalam suatu amina.
G.
BEBERAPA
PEPTIDA YANG MENARIK
Salah satu contoh Tripeptida adalah faktor
pelepasan hormone-tirotropik (TRF) yang telah diisolasi dari kelenjar
hipotalamus babi dan sapi. Bila dimasukkan ke tubuh manusia (lewat mulut atau
intravena), peptide ini merangsang pengeluaran tirotropin, yang selanjutnya
merangsang pengeluaran hormone-hormon tiroid, yang mengatur metabolisme dalam
tubuh.
Struktur TRF
memaparkan contoh dari variasi stuktur yang biasa dijumpai dalam peptida dan
protein. Asam amino N-ujung merupakan derivate dari asam glutamate : gugus
karboksil rantai-samping telah berikatan dengan gugus amino bebas dan membentuk
suatu laktam (suatu amida siklik).
Residu C-ujung dari TRF adalah suatu amida dari
prolina. Amida dari gugus karboksil bebas tidaklah sama sekali asing dalam
gugus protein alamiah. Biasanya ini dinyatakan dengan menambahkan NH2
pada C-ujung dalam struktur singkatan : misalnya, gly berarti –NHCH2CO2H,
tetapi gly-NH2 berarti –NHCH2CNH2.
Oksitosin
(oxytocin), suatu hormon bersasal dari kelenjar dibawah otak (pituitary
hormone) yang menyebabkan pengerutan uterin selama melahirkan bayi, merupakan
peptida lain yang penting. Perhatikan bahwa oksitosin berupa peptida siklik
yang digabung oleh suatu hubungan sistina S-S.
Enkefalin adalah zat-zat
penghilang nyeri yang dihasilkan tubuh sendiri, zat ini adalah peptida-peptida
otak yang mengandung hanya lima residu asam amino. Diduga opiate-opiat (morfina
dan sebagainya) bertindak sebagai analgesik (penghilang nyeri) dengan meniru
bentuk dn polaritas enkifalen-enkifalen dan meletakan diri pada situs
penerimaan penghilang nyeri dalam otak. Dilontarkan teori bahwa “jogger’s high”
(perasaan sehat dan segar yang ditimbulkan dengan jogging atau berlari) disebabkan
oleh dibebaskannya enkifalen-enkifalen dalam otak.
H.
PENETAPAN
STRUKTUR PEPTIDA
Hidrolisis Peptida
lengkap dalam suatu larutan asam menghasilkan asam amino individu. Asam-asam ini dapat
dipisah-pisah dan diidentifikasi dengan teknik seperti kromatografi atau
elektroforesis. Bobot molekul peptida dapat ditentukan dengan metode kimia
fisis. Dengan metode ini dapat diperoleh informasi mengnai banyaknya residu
asam amino, identitas asam amino dan banyaknya residu masing-masing asam amino
dalam peptida aslinya. Akan tetapi metode kimia fisis tidak dapat memperoleh
hasil berupa rentetan asam amino dalam peptida itu. Maka dari itu dikembangkan
analisa untuk mengetahui rentetan asam amino dalam peptida itu yaitu dengan analisis residu ujung.
A. Analisis residu-ujung
·
Reagensia Edman
Analisis untuk N-terminal dapat diperoleh dengan
mengolah peptida itu dengan fenil isotiosianat (reagensia edman). Isotiosianat bereaksi dengan amino bebas
dengan sederet tahap yang akhirnya mrnghasilkan pemaksapisahan sam amino
N-ujung dari dalam peptidanya dan pembentukan suatu feniltiohidantoin (PTH),
suatu derivate asam amino yang dapat
diisolasi dan ditentukan cirinya. Reaksi pemaksapisahan dilakukan dengan
pemanasan zat-antara adisi dengan asam dalam suatu pelarut bebas air seperti
Nitrometana.
•• O
N C
S + H2NCHC sisa
peptida
Fenil isotiosianat R HCl,CH3NO2
(reagensia edman) N-ujung
S
C
N NH + sisa peptida
C CHR
O
Feniltiohidantoin
Dalam tiap tahap residu N-ujung dapat dipatahkan
sampai seluruh peptida itu terdegradasi dan urutan asam aminop itu ditetapkan.
Tetapi tiap siklus pembentukan tiourea dan hidrolisis mengakibatkan suatu
hidrolisis-dalam pada sisa peptida itu. Setelah sekitar 20-30 siklus ,
hidrolisis peptida itu telah cukup untuk menghasilkan banyak peptida lebih
kecil, yang masing-masing memiliki suatu residu N-ujung. Jadi Feniltiohidantoin
tidak lagi berasal dari suatu gugus ujung tunggal,tetapi merupakan
campuran yang berasal dari anekaragam
gugus ujung.
·
Reagensia Sanger (1-fluoro-2,4-dinitrobenzena)
Reagensia Sanger
dapat dipakai untuk penetapan struktur peptida karena gugus fluoro dari
reagensia Sanger dapat mengalami substitusi nukleofilik aromatic dengan amina
dalam peptida. Substitusi ini mudah karena zat-antara-karbanion distabilkan
oleh gugus nitro.
Reagensia sanger bereaksi dengan
dengan asam amino N-ujung dari suatu peptida dan mengubah gugus amino itu
menjadi gugus arilamino. Setelah itu peptida dihidrolisis lengkap, asam amino
N-ujung tetap terikat pada gugus 2,4-dinitrofenil jadi oleh sebab itu dapat
dipisahkan dari asam-asam amino lain dan dapat diidentifikasi.
NO2
NO2
•• O O
O2N F + H2NCHC sisa peptida O2N NHCHC sisa peptida
R
R
H2O,H+
NO2
O2N NHCHCO2H
+ asam-asam amino
R
B. Rentetan-dalam
(internal-sequence) Asam-asam Amino
Suatu polipeptida besar harus dihidrolisis menjadi
bagian yang lebih kecil untuk penetapan rentetan-dalam asam amino. Campuran
hidrolisis dipisah-pisahkan dan urutan residu asam amino dalam tiap bagian
ditentukan. Dengan menyusun bagian-bagian seperti teka-teki jigsaw untuk
memperoleh struktur keseluruhan.
Misalnya menentukan struktur pentapeptida yang
dihidrolisis yang menghasilkan tripeptida gly-glu-arg , glu-arg-gly , arg-gly-phe
Untuk
mendapatkan stukturnya cocokkan bagian-bagian ini :
gly-glu-arg
glu-arg-gly
arg-gly-phe
jadi
pentapeptida itu adalah gly-glu-arg-gly-phe
I.
SINTESIS
PEPTIDA
Sintesis
peptida dilakukan dengan menggabungkan gugus
karboksil salah
satu asam amino dengan gugus amina dari
asam amino yang lain. Sintesis peptida dimulai dari C-terminus (gugus
karboksil) ke N-terminus (gugus amin), seperti yang terjadi secara alami pada
organisme.
Namun,
untuk mensintesis peptida, tidak semudah mencampurkan asam amino begitu saja.
Seperti contohnya: mencampurkan glutamine (E) dan serine (S) dapat menghasilkan
E-S, S-E, S-S, E-E, dan bahkan polipeptida seperti
E-S-S-E-E. Untuk menghindari asam amino berikatan tidak terkendali, perlu
dilakukan perlindungan dan kontrol terhadap ikatan peptida yang akan terjadis
sehingga ikatan yang terbentuk sesuai dengan yang diinginkan. Langkah-langkah
sintesis peptida adalah sebagai berikut: asam amino ditambahkan gugus proteksi.
Kemudian asam amino yang diproteksi dilarutkan dalam pelarut seperti
dimetyhlformamide (DMF) yand digabungkan dengan coupling reagents dipompa melalui kolom sintesis. Grup
proteksi dihilangkan dari asam amino melalui reaksi deproteksi. Kemudian pereaksi
deproteksi dihilangkan agar tercipta suasana penggabungan yang bersih. Coupling
reagents, contohnya N,N'-dicyclohexylcarbodiimide (DCCI), membantu pembentukan
ikatan peptida. Setelah reaksi coupling terbentuk, coupling reagents dicuci untuk menciptakan suasana
deproteksi yang bersih. Proses proteksi, deproteksi, dan coupling ini terus
dilakukan berulang-ulang hingga tercipta peptida yang diinginkan.
Kriteria untuk gugus blokade yang
baik adalah:
1. Harus
lamban (inert) terhadap kondisi reaksi yang diperlukan untuk membentuk ikatan
amida yang diinginkan,
2. Harus
mudah di buang setelah sintesis itu lengkap.
Satu gugus blokade semacam itu adalah
gugus karbamat lamban terhadap reaksi
pembentukan amida, tetapi mudah dibuang dalam tahap belakangan tanpa mengganggu
bagian lain molekul itu.
Pembuatan karbamat untuk melindungi
suatu gugus amino:
Glisina yang gugus aminonya yang telah
di blokade itu dapat direaksikan dengan SOCl2 untuk membentuk
klorida asam dan kemudian diolah dengan suatu asam amino baru untuk membentuk
suatu amida. Namun klorida asam bersifat sangat reaktif dan dapat terjadi
reaksi-reaksi samping yang tak diinginkan meskipun telah ada blokade. Untuk
menghindari permasalahannya, glisina yang telah di blokade gugus aminonya
biasanya diolah dengan etil kloroformat untuk menghasilkan suatu ester
teraktifkan.
Seperti
suatu klorida asam, ester teraktifkan ini dapat bereaksi dengan suatu gugus
amino dari asam amino untuk memberikan dipeptida yang diinginkan.
Pada titik ini, rentetannya dapat
diulang untuk menambahkan asam amino yang ketiga. Bila sistesis peptida telah
lengkap, gugus karbamat dipaksa pisah dengan residu untuk menghasilkan peptida
bebas.
Sintesis
Peptida Fase-Padat
Robert Bruce
Merrifield (Fort Worth, 15 Juli 1921 – Cresskill, 14 Mei 2006),ialah seorang biokimiawan Amerika Serikat yang dianugerahi Nobel Kimia tahun 1984 untuk pengembangan metodologi sintesis kimiawi matriks padat. Studi tersebut menuju pada perlunya sintesis peptida, dan akhirnya pada gagasan sintesis
peptida fase padat pada tahun 1959. Pada tahun 1963, ia adalah pengarang tunggal karya klasik di Journal of the American Chemical
Society di mana ia melaporkan metode yang disebutnya
sintesis peptida fase padat, yang merupakan karya ke-5 yang banyak dikutip
dalam sejarah jurnal.
Pada sintesis ini,
resin menahan amino C-ujung pada gugus karboksilnya sementara peptidanya
disintesis. Sedangkan resin itu adalah suatu polistirena yang mengandung
sekitar 1% p-(klorometil) stirena.
Suatu resin polistirena
yang mengandung satuan p-(klorometil) stirena.
Gugus amino
dari asam amino pertama yang mula-mula diblokade, sering sebagai suatu gugus t-butiloksikarbonil
(gugus”Boc”). Asam amino yang aminonya diblokade ini sebagai karboksilat,
bereaksi dengan gugus klorida benzilik dari resin untuk membentuk gugus ester
(suatu reaksi substitusi yang khas antara suatu karboksilat dan suatu halida
benzilik).
Gugus
pemblokade amino dibuang dengan pengolahan dengan asam takberair, seperti HCl
dalam asam asetat; kemudian ditambahkan asam amino kedua yang aminonya
diblokade (dengan suatu gugus karbonil teraktifkan).
Suatu teknik
yang lazim untuk mengaktifkan gugus –CO2H (sehingga mau bereaksi
dengan amina) adalah dengan adisi disikloheksilkarbodiimida ke asam
karboksilat. Senyawa ini bereaksi dengan asam karboksilat untuk menghasilkan
suatu zat-antara yang memiliki suatu gugus pergi yang dapat digeser oleh amina
itu dalam suatu reaksi substitusi asil nukleofilik yang khas. Produknya ialah
suatu amida.
Dalam sintesis
peptida fase-padat, produk reaksinya adalah dipeptida yang aminonya diblikade,
yang masih terikat kepada resin pada ujung karboksilnya. Gugus blokade amino
dibuang dan proses itu diulangi sampai sintesis peptida lengkap. Suatu
pemaksapisahan terkendali dari ikatan resin-ester dengan suatu asam seperti HF
takberair membebaskan peptida itu dan membuang gugus blokade amino terakhir.
Sintesis peptida
tipe klasik bersifat melelahkan karena peptida zat-antara harus diisolasi dan
dimurnikan; namun dalam sintesis peptida fase-padat, sebagian besar kotoran
dapat dicuci dari resin pada setelah tiap tahap.
J.
BIOSINTESIS
PEPTID
Biosintesis
Peptida
Dilaksanakan oleh RNA dan enzim. Dengan tahap-tahap:
- DNA mencetak RNAm (mesenger) yang membawa
codon (urutan-urutan 3 basa nitrogen) selanjutnya RNAm akan ke RNAribosom
untuk dilakukan perakitan asam amino-asam amino menjadi peptida/protein.
- RNAtransfer akan membawa asam-asam amino
untuk dirakit di RNAribosom sesuai dengan codon yang dibawa RNAm.
Peptida Ribosomal
Peptida ribosomal disintesis dari translasi mRNA. Peptida ini
berfungsi sebagai hormon dan molekul signal pada organisme tingkat tinggi.
Secara umum, peptida ini mempunyai strukstur linear.
Peptida non-Ribosomal
Peptida non-Ribosomal disintesis dengan
kompleks enzim. Peptida ini terdapat pada organisme uniselular, tanaman, dan fungi. Pada peptida ini terdapat struktur inti yang
kompleks dan mengandung pengaturan yang berbeda-beda untuk melakukan manipulasi
kimia untuk menghasilkan suatu produk. Secara umum, peptida ini berbentuk
siklik, walaupun ada juga yang berbentuk linear.
Peptida Hasil Digesti (Digested
peptides)
Peptida ini terbentuk dari hasil proteolisis non-spesifik dalam siklus digesti. Peptida hasil digesti secara
umum merupakan peptida ribosomal, akan tetapi tidak dibentuk dari translasi
mRNA. Peptida ini juga dapat dibentuk dari protein yang didigesti dengan proteasespesifik,
seperti digesti trypsin yang sering dilakukan sebelum mass spectrometry peptide analysis.
BAB III
KESIMPULAN
Asam amino
adalah hasil dari hidrolosis protein. Asam amino yang terdapat dalam protein
adalah asam α-aminokarboksilat, asam amino tersederhana adalah aminoasetat (H2NCH2CO2H)
yang disebut glisina. Asam amino esensial dan struktur rantai samping merupakan
karakteristik yang dapat membedakan suatu asam dari protein. Sintesis asam
amino yang menggunakan sintesis ftalimida gabriel merupakan jalur yang lebih
bagus sekali menuju asam amino. Reaksi asam amino yang terdiri dari :
1.
Keamfoteran
asam amino.
2.
Asilasi,
dan
3.
Reaksi dengan
ninhidrid.
Peptida adalah suatu amida yang dibentuk dari dua asam amino atau
lebih. Ikatan peptida adalah ikatan amida antara suatu gugus α-amino dari satu
asam amino dan gugus karboksil dari asam amino lain. Ikatan dalam peptida yaitu
ikatan-rangkap, peptida itu sendiri mempunyai peptida menarik yaitu oksitosin
dan enkefalin.
Penetapan
struktur peptida yaitu dengan analisis residu-ujung, rentetan-dalam asam-asam
amino. Sintesis peptida dilakukan dengan menggabungkan gugus karboksil salah satu asam
amino dengan gugus
amina dari asam amino yang lain. Kriteria untuk gugus blokade yang baik
adalah:
1.
Harus lamban
(inert) terhadap kondisi reaksi yang diperlukan untuk membentuk ikatan amida
yang diinginkan,
2.
Harus mudah di
buang setelah sintesis itu lengkap.
Sintesis peptida fase-padat pada sintesis ini, resin menahan amino C-ujung pada gugus karboksilnya
sementara peptidanya disintesis. Sedangkan resin itu adalah suatu polistirena
yang mengandung sekitar 1% p-(klorometil) stirena.
Biosintesis peptida dilaksanakan
oleh RNA dan enzim. Dengan tahap-tahap:
1.
DNA mencetak
RNAm (mesenger) yang membawa codon (urutan-urutan 3 basa nitrogen) selanjutnya
RNAm akan ke RNAribosom untuk dilakukan perakitan asam amino-asam amino menjadi
peptida/protein.
2.
RNAtransfer
akan membawa asam-asam amino untuk dirakit di RNAribosom sesuai dengan codon
yang dibawa RNAm.
0 komentar:
Posting Komentar