-->

Sabtu, 03 Desember 2011

Pemimpin Ideal Menurut Ajaran Islam



SO02465_Islam adalah agama yang sempurna, di antara kesempurnaan Islam ialah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah SWT maupun hubungan dengan manusia, termasuk di antaranya masalah kepSO02465_emimpinan dalam pemerintahan.
Kepemimpinan di satu sisi dapat bermakna kekuasaan, tetapi di sisi lain juga bisa bermakna tanggungjawab. Ketika kepemimpinan dimaknai sebagai kekuasaan, Allah SWT mengingatkan kita bahwa hakikat kekuasaan itu adalah milik Allah SWT. Allah SWT yang memberi kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah pula yang mencabut kekuasaan dari siapa pun yang dikehendaki-Nya. Firman Allah dalam Surat Al-Imran ayat 26:
Katakanlah (Muhammad), “ Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapapun yang engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapapun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang engkau kehendaki dan engkau hinakan siapa yang engkau kehendaki. ditangan engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu” (Ali Imran ayat 26)
Ibnu Taimiyyah pernah menegaskan dalam bukunya “Al-Siyaasah al-Syar'iyyah” Bahwa karena kepemimpinan merupakan suatu amanah maka untuk meraihnya harus dengan cara yang benar, jujur dan baik. Dan tugas yang diamanatkan itu juga harus dilaksanakan dengan baik dan bijaksana. Karena itu pula dalam menunjuk seorang pemimpin bukanlah berdasarkan golongan dan kekerabatan semata, tapi lebih mengutamakan keahlian, profesionalisme dan keaktifan.
Dalam kehidupan bermasyarakat, diperlukan adanya pemimpin yang mengatur, membawahi, dan mengarahkan kehidupan masyarakat itu. Pemimpin harus menjadi abdi masyarakat, melayani dan menjadi fasilitator bagi keperluan-keperluan rakyat.

Pemimpin juga harus orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Karena ketaqwaan ini sebagai acuan dalam melihat sosok pemimpin yang benar-benar akan menjalankan amanah. Bagaimana mungkin pemimpin yang tidak bertaqwa dapat melaksanakan kepemimpinannya dengan baik?
Pemimpin dapat diibaratkan sebagai seorang "sopir" bus yang membawa penumpang-penumpangnya pada suatu tujuan dengan selamat dan memuaskan. Sebagai seorang sopir pastilah harus menguasai dan ahli dalam menyopir serta segala seluk-beluknya, baik itu keteknisian atau perbengkelannya dan mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh polisi pada rambu-rambu lalu-lintas. Sedangkan kondektur bus adalah tim ahli yang juga dibutuhkan partisipasinya, yang membantu supir dalam mengontrol keadaan bus dan mendata jumlah penumpang serta menjaga barang-barang bawaan penumpang. Dalam hal ini kondektur diumpamakan dewan-dewan legislatif yang wajib berpartisipasi selalu membantu program-program kerja pemimpin dalam membawa bangsa dan rakyatnya. Kaca spion, lampu, rem dan lainnya merupakan peralatan yang harus ada dan lengkap untuk menempuh perjalanan. Peralatan-peralatan seperti kaca spion, setir, klakson dan lainnya seperti perundang-undangan yang disepakati bersama dan layak untuk dipakai. Supir yang sudah ahli dengan peralatan-peralatan yang lengkap, belum menjadi jaminan untuk sampai ke tujuan kecuali dengan do'a mengharap lindungan Allah SWT. Disinilah pentingnya ketaqwaan itu, dengan kepatuhan dan ketaatannya kepada yang Maha Kuasa. Pemimpin hanya bisa mengusahakan selamat sampai tujuan, namun yang menentukannya tetaplah Allah SWT. Begitulah sepatutnya yang diharapkan dari kehidupan pada diri seorang pemimpin dalam membawa ummat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan bagi hidup dirinya dan rakyat yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang ideal tentu saja adalah yang selalu berpegang teguh pada akhlak kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin. Mereka senantiasa mengabdi, menerima keluh kesah, memfasilitasi, dan siap menjadi "budak" rakyatnya, bukannya menjadi “tuan” bagi masyarakatnya. Seorang pemimpin yang ideal haruslah mampu bekerja secara profesional, visioner, kreatif dan punya kemampuan berstrategi, berani, serta mampu menjadikan team work yang dipimpinnya menjadi solid dan berkualitas. Kita sangat mengharapkan adanya pemimpin yang mampu menjadikan masyarakat berubah menjadi lebih baik dalam segala sisi kehidupannya yang diberkahi oleh Allah SWT karena adanya pemimpin yang mampu mendorong masyarakatnya menuju peningkatan penghambaan umat manusia kepada Sang Khaliq.
Kita mempunyai peran signifikan dalam menentukan siapa dan bagaimana sosok yang akan memimpin kita. Baik buruknya pemimpin yang akan memimpin kita, sangat dipengaruhi oleh bagaimana kita menggunakan mata hati kita untuk melihat secara jernih dan berpandangan ke masa depan. Rasulullah SAW pernah mengingatkan bahwa ada dua macam pemimpin di dunia ini, yaitu pemimpin yang baik dan pemimpin yang jahat. Diriwiyatkan dari Hisyam bin Urwah dari Abi Shalih dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Akan memerintah setelahku sebuah pemerintahan. Pemimpin yang baik  akan memerintah dengan baik dan pemimpin yang jahat akan memerintah dengan kejahatannya.  Maka dengarkanlah dan patuhilah yang benar.’

Pemimpin Ideal Menurut Ajaran Islam

Bagaimana sebetulnya pemimpin yang ideal itu?
Memiliki pemimpin yang ideal merupakan suatu hal yang mutlak bagi Indonesia yang merupakan Negara Islam terbesar di Dunia dan memiliki potensi yang besar demi kejayaan Islam. Idealnya negeri ini sebaiknya memiliki lima kriteria pemimpin Muslim yang dapat membawa negeri ini keluar dari masa keterpurukannya.
Pertama, Memenuhi syarat menurut syariat Islam, yaitu Muslim, laki-laki, baligh, berakal, adil/tidak fasik (konsisten dalam menjalankan aturan Islam), merdeka, dan mampu melaksanakan amanat kepemimpinan.
Kedua, menjadikan kekuasaan negeri ini independen/mandiri, yaitu hanya bersandar kepada umat Islam dan negeri-negeri Islam, bukan pada salah satu negara kafir imperialis atau di bawah pengaruh orang-orang kafir, alias tidak membebek.
Allah SWT berfirman:
“Allah sekali-kali tidak akan pernah memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai kaum Mukmin.” (QS an-Nisa’ [4]: 141).
Ketiga, menjadikan keamanan umat Islam di negeri ini adalah keamanan Islam, bukan keamanan non Islam. Artinya, pemeliharaan keamanan mereka dari gangguan luar dan dalam negeri berasal dari kekuatan umat Islam sebagai suatu kekuatan Islam semata. Karenanya, seorang pemimpin Islam tidak boleh mengizinkan adanya pengaruh negara kafir imperialis terhadap tentara dan polisi, tidak membolehkan negara asing membuat pangkalan militer di wilayahnya, dan tidak memberikan kekuatan keamanan kecuali kepada umat Islam.
Keempat, segera menerapkan Islam secara serentak dan menyeluruh serta segera mengemban dakwah Islam. Allah SWT berfirman:
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (QS. Al-Mâidah [5]: 49)
Kelima, mencegah terjadinya disintegrasi dan menyatukan wilayah-wilayah umat Islam yang telah tercerai berai, tidak hanya di Indonesia, melainkan di seluruh dunia sehingga umat Islam kuat dan bersatu dalam satu kekuatan. Rasulullah SAW bersabda: Jika dibaiat dua orang khalifah maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya. (H.R. Muslim)
Pemimpin ideal yang pernah ada di atas permukaan bumi adalah Rasulullah saw. Dialah pemimpin abadi bagi umatnya dan umat manusia umumnya. Tidak ada nama pemimpin besar yang namanya disebut hingga kini sebanyak nama Muhammad SAW. Dalam adzan nama beliau disebut, dalam bacaan shalat pun disebut. Demikian juga dalam segala kesempatan acara tertentu, ia disebut namanya. Apalagi dalam buku-buku sejarah, nama beliau tertulis dengan tinta emas dengan keharuman semerbak bagi yang membacanya. Beliaulah Muhammad saw pemimpin abadi karena memimpin umat dengan hati dan sepenuh hati. Rasulullah merupakan sosok teladan seorang pemimpin yang pada dirinya terdapat 4 kriteria pemimpin yang harus dimiliki oleh manusia sebagai khalifah di bumi ini yakni:
1.      Siddiq (jujur dan benar), sebuah sifat dasar yang mesti dimiliki oleh Rasulullah SAW, dan mesti dimiliki pula oleh setiap pemimpin
2.      Amanah (dapat dipercaya dan penuh tanggungjawab), sebuah sifat dasar kepemimpinan Rasul yang berarti jujur, penuh kepercayaan, dan penuh tanggungjawab
3.      Tabligh (menyampaikan yang harus disampaikan). Seorang rasul sebagai pemimpin memiliki keterbukaan dalam berbagai hal, tiada sifat tertutup pada dirinya
4.      Fathanah (cerdas dan berpengetahuan), bahwa seorang Rasul sebagai pemimpin memiliki kemampuan berfikir yang tinggi, daya ingat yang kuat, serta kepintaran menjelaskan dan mempertahankan kebenaran yang diembannya. Seorang pemimpin mesti basthah fi al-ilmi (memiliki pengetahuan yang luas) dan pemahaman yang benar mengenai tugasnya, kemampuan managerial yang matang, cepat dan tepat dalam menetapkan suatu keputusan
Jadi pemimpin seperti apa yang sebaiknya diangkat di era seperti sekarang ini? Secara umum Al-Qur'an sudah memberikan gambaran kriteria pemimpin yang harus dipilih, yaitu seperti yang ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (sesudah Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang shaleh" (QS Al-Ambiya' :105).
Jadi yang mengurusi manusia beserta isinya dimuka bumi ini sesuai rekomendasi Allah SWT ternyata hanyalah orang-orang shaleh, bukan orang-orang yang suka membuat kerusakan di muka bumi yang pola fikir dan perilakunya tidak diridhai oleh Allah SWT.
Jika beberapa kriteria tersebut telah dimiliki oleh para Pemimpin Islam, termasuk juga Indonesia sebagai Negara Islam terbesar di Dunia, maka negeri ini akan maju dan sangat kuat. Pemimpin seperti inilah yang telah dinantikan oleh rakyat negeri ini. Pemimpin yang juga tetap memperjuangkan hak-hak rakyat untuk bisa lebih baik. Seorang pemimpin yang dapat menjadi pelurus kebengkokan, penggilas kezaliman, pembenah kerusakan, penguat orang lemah, penolong orang yang teraniaya, dan penghapus kesedihan. Dia berdiri di antara Allah dan hamba-hamba-Nya, mendengarkan Firman-Nya dan nasihat rakyat, menaati-Nya dalam menunjuki mereka.
Semoga Allah memberikan kepada kita pemimpin yang benar-benar amanah dan dalam mengambil kebijakan selalu mendahulukan kemaslahatan umat atau masyarakat yang dipimpinnya. Karena pada dasarnya kewajiban pemimpin kepada rakyatnya harus berdasarkan kemaslahatan umat. Kebijakan seorang pemimpin harus memperhatikan bagaimana kemaslahatannya bagi umat. Semoga Allah membuka mata hati kita untuk dapat melihat seobyektif mungkin dan memberi petunjuk siapa calon pemimpin yang layak dan ideal untuk memimpin kita. Amin.(rabbani/berbagai sumber).

Kisah Pemimpin Pada Zaman Khulafaur Rasyidin

·         Kisah Umar bin Khattab atau Umar bin Abdul Azis yang rela tidak makan sebelum rakyatnya makan, rela tidak tidur sebelum rakyatnya tidur, tidak mau menggunakan fasilitas negara di luar jam kerja untuk kepentingan keluarga, memberikan contoh hidup sederhana dan dermawan, adalah sebuah tipe kepemimpinan yang ideal. Mereka mempunyai moralitas dan budi pekerti yang luhur. Oleh karenanya, hal itu patut dan wajib untuk dijadikan rujukan oleh calon-calon pemimpin kita yang akan bertarung dalam pemilihan ketua umum dalam suatu pemerintahan, lembaga ataupun organisasi
·         Pidato Khalifah Abu bakar Assiddiq ra ketika beliau dilantik menjadi pemimpin umat sepeninggalnya Rasulullah SAW, yang mana inti dari isi pidato tersebut dapat dijadikan pedoman dalam memilih profil seorang pemimpin yang baik. Isi pidato tersebut diterjemahkan kurang lebih sebagai berikut :
"Saudara-saudara, Aku telah diangkat menjadi pemimpin bukanlah karena aku yang terbaik diantara kalian semuanya, untuk itu jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku berbuat salah luruskanlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan kebohongan itu adalah pengkhianatan. 'Orang lemah' diantara kalian aku pandang kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. 'Orang kuat' diantara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan mengambil hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya. Janganlah diantara kalian meninggalkan jihad, sebab kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah Swt. Patuhlah kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika aku durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk mematuhiku. Kini marilah kita menunaikan Sholat semoga Allah Swt melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua". 

0 komentar:

Posting Komentar